Aku adalah seorang anak, yang sangat
merindukan kasih sayang yang telah lama jauh meninggalkanku. Dari kecil, aku
sudah terbiasa dengan ketidak hadiran sosok yang sangat aku sayangi. Sampai-sampai
aku bingung, mana yang harus ku ingat dan mana yang harus ku lupakan. Terlalu
banyak kisah yang ku alami semenjak kepergiannya. Kenangan masa kecil saat aku
di timang olehnya, kini tak begitu jelas ku ingat untuk sekedar mengobati rasa
rinduku selama ini. Mampukah aku melewati semua ini, sampai engkau kembali lagi
untuk memelukku. Aku hanya bisa berharap, semoga sang pencipta mendengar dan
mengabulkan setiap do’a yang ku panjatkan setiap malam untuknya.
Kehidupan
yang ku jalani, tidaklah mudah seperti kehidupan dari kebanyakan orang. Beban
hidup yang teramat berat, harus ku tanggung sendiri. Jauh dari kasih sayang
kedua orang tua, tak membuatku menjadi pribadi yang lemah. Aku belajar dari itu
semua, untuk membuatku lebih tegar dan lebih kuat dalam menghadapi setiap
masalah. Keterpurukan yang sering membuatku takut, harus ku buang jauh-jauh.
Agar semuanya terlihat rapi seperti, tidak terjadi apapun dengan kisah nyata
yang kujalani ini. Setiap malam yang datang, seakan-akan membawakan sesuatu hal
untukku. Angin malam yang berhembus perlahan masuk dari jendela kamarku, tak
mampu menafsirkan apa yang dibawakan oleh malam ini. Namun, air mata ini tak
mampu untuk bertahan lebih lama. Semua yang kurasakan pada malam itu, akhirnya
diartikan oleh setiap butir air mata yang turun perlahan. Senyum kecil yang
coba ku buat untuk mengingat setiap kenangan yang ada, tak mampu mengobati hati
ini yang sudah terlanjur lelah menunggu.
Jika
ada hal yang bisa kuperbuat untuk mengembalikan semua ini, maka dengan ringan
tangan akan aku lakukan. Apalah dayaku, aku terlalu rapuh jika mengingat setiap
kejadian yang membuat semuanya menjadi begini. Aku hanyalah seorang gadis kecil
yang sangat menginginkan kebahagiaan yang di impikan oleh semua orang. Beliau
yang sangat aku sayangi, terlalu sibuk dengan urusannya. Hingga membuat
keluarga kecil ini seperti pohon yang mulai mengering dan rapuh. Sampai
sekarang, aku kurang mengerti apa alasan mereka berdua meninggalkanku dari
kecil. Aku sempat berfikir, apakah kehadiranku di dunia ini tak pernah
diharapkan oleh mereka berdua. Aku harap semua itu hanya ego sempitku saja, aku
yakin mereka berdua mempunyai tujuan yang lebih baik dari apa yang aku pahami
selama ini. Tapi ada hal yang sangat aku sayangkan dari semua ini, dan sangat
menganggu ketenangan hidupku. Apa mereka berdua merasakan apa yang selama ini
juga aku rasakan? Apa mereka tidak tau, jika selama ini aku sangat tersiksa
dengan keadaan ini.
Kesendirian
yang selalu duduk setia disampingku, bercanda bagaikan teman yang nyata bagiku.
Karena bagiku, hanya kesepianlah yang mengerti semua keadaanku. Perhatian yang
dulu sering aku dapatkan, kini harus berganti dengan hembusan angin kosong saat
ku ingat tentangnya. Jika ada kesempatan yang mustahil bagiku untuk mengirimkan
pesan singkat untukknya, maka akan kugunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. “Bunda,
apa engkau tidak merindukan anakmu ini. Apa bunda telah lupa denganku. Aku
ingin bunda memelukku, seperti bunda memelukku untuk yang terkahir kalinya”.
Air mata ini, tak henti-hentinya mengalir. Aku ingin semua yang ada dalam
hatiku, ku tuangkan dalam pesan yang mustahil ini untukknya. “Andai bunda tahu,
apa yang setiap malam aku rasakan saat mengingat bunda. Aku terus menangis
tiada henti, agar bisa membawa bunda pulang meskipun itu semua dalam bentuk
yang tidak nyata”.
Kesabaran
yang terus kutanam dalam benakku, tak mampu aku bendung untuk menunggu
kepulangannya. Apakah benar, jika kesabaranku selama ini akan terjawab oleh
kenyataan yang aku harapkan. Semoga saja, semua itu benar. Malam ini, malam
yang kesekian kalinya aku benar-benar ingin bertemu dengannya. Ingin ku bangun
satu dunia, dimana dalam dunia itu hanya ada mimpi yang akan menjadi kenyataan.
Jadi, setiap orang yang bernasib sama sepertiku, tidak akan merasakan siksaan
batin yang telah aku rasakan. Setiap jerit tangis yang ku simpan, akan banyak
menghadirkan kenangan yang pahit untuk kehidupanku. Maka dari itu, akan ku
hapus semuanya dan ku ganti dengan cerita baru saat beliau pulang nanti. Semoga
cerita ini cepat berakhir dengan kebahagiaan yang sudah dari dulu berusaha ku
raih. Saat kepulanganmu nanti, inginku ku cium tanganmu dan ku peluk erat-erat
sekuat mungkin. “Aku kangen bunda, aku pengen bunda tetap di sini menemaniku
selamannya.” Mungkin itu yang akan aku katakan, jika bunda pulang nanti.