Memungut recehan dari keringat rakyat tertindas untuk di buat investasi. Mungkin itu bukanlah kejahatan di mata dunia, dan bahkan rakyat dunia memilih untuk menutup mata akan hal itu. Bagaimana mungkin rakyat kecil bisa sejahtera, jika uangnya yang dengan tulus di berikan untuk membayar pajak di buat untuk menopang kehidupannya yang mahal itu. Jika memang hidup itu adalah resiko, mengapa kebanyakan yang menanggung resiko itu adalah kaum yang dianggap lemah. Semua ini bukanlah bagian dari takdir, dan bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan istilah berjuang.
Menelisik lebih jauh lagi, bisa di lihat bagaimana seorang pengemis mampu bertahan hidup dengan alakadarnya. Ini menjelaskan bagaimana seorang manusia mampu memperjuangkan hidupnya dan menghargai hidupnya dengan penuh keyakinan. Jika di bandingkan dengan kaum yang bisa di bilang elit, maka kaum ini tidak akan bisa menandinginya. Jika ukurannya hanya cukup, maka semua manusia bisa di bilang cukup untuk menjalani hidupnya. Kaum elit bahkan tidak bisa hidup tanpa tabungan, dan bisa di bilang mati jika tidak mempunyai investasi apapun. Mereka hanya memikirkan bagaimana mengembangkan semua hartanya menjadi berlipat ganda. Dengan pekerjaan yang santai, bahkan dengan duduk diam saja, uang akan menghampirinya. Coba lihat orang yang bekerja keras untuk mempertahakan hidupnya, mandi keringat dan berpacu dengan waktu agar hasil yang di raihnya mencukupi.
Keadilan memanglah harus di tegakkan. Tapi, disini keadilan ada banyak persepsi dan banyak sudut pandang yang menopangnya. Jika memakai paradigma kaum kecil, maka disini keadilan yang harus di capai adalah membumi hanguskan kaum elit, dan begitu pun sebaliknya jika memakai paradigma kaum elit. Melihat dua polemik ini, seharusnya keadilan ditiadakan. Mungkin keadilan akan tetap menjadi wacana sampai kapanpun. Namun, di sini masalah sebenarnya bukanlah siapa yang benar dan siapa yang salah. Tapi lebih menekankan, bagaimana dua kaum ini bisa hidup dalam kedamaian tanpa harus ada yang terjajah maupun di jajah. Memang benar penjajah sudah ratusan tahun telah meninggalkan bumi pertiwi ini, namun penjajah yang sebenarnya adalah segelintir rakyat yang menjadi penguasa negeri ini.
Kesenjangan sosial banyak terjadi dalam masalah ini. Terjadi sekat-sekat yang membatasi antara kaum elit dan kaum kecil. Mengapa semua ini harus terjadi, atau memang semua ini sudah ada yang mengatur. Jika Tuhanlah yang menjadi faktor utama, maka sudah pasti semua ini tidak akan pernah terjadi. Mungkin semua ini adalah kebaikan dari segelintir orang untuk membuat semuanya menjadi cerita hidup yang mengesankan. Jika di luar sana banyak penjabat pemerintah berfoya-foya dalam dosa, maka di sisi lain banyak juga kaum tertindas yang menikmati surga kecilnya.