Sekejam apakah
dunia ini, hingga mampu membuatku merasakan keadaan yang telah menghancurkan
sedetik kebahagiaanku. Hal yang paling berharga dalam hidupku, telah dirampas
oleh kerasnya sikapmu. Tiada lagi kebaikan yang ku miliki dihadapanmu. Semua
yang ada dalam diriku, telah menjadi alasanmu untuk pergi dan membenci diriku. Aku
tak mempunyai bukti yang jelas untuk menyalahkan dirimu. Aku ataukah dirimu
yang kini mulai meninggalkan kebiasaan kita dulu. Semuanya tidaklah sama lagi
seperti dulu, saat kita saling memandang dan tanpa seucap kata untuk
mewakilinya. Mungkin memang benar, jika selama ini aku dan dirimu bagaikan
sepasang burung merpati, yang telah lama terbang melewati banyak kisah yang
indah. Namun, pada akhirnya sepasang merpati harus berpisah dengan kepergian
sang merpati betina.
Ada satu
kejanggalan yang menggantung dalam benakku. Mungkinkah setiap detik waktu yang
ku lewati bersamamu itu terbuang sia-sia? Dan, benarkah jika selama ini tiada
hal penting yang membuatmu bertahan dalam hubungan ini. Aku hanya bisa berharap
dengan sebersit do’a ku, semoga apa yang menjadi pilihanmu itu adalah yang
terbaik untukmu dan untukku.
Banyak hal yang
sulit ku lupakan darimu. Hingga ada satu kisah yang membuatku selalu teringat
tentangmu. Dulu, saat kita duduk bersama dalam taman yang dipenuhi banyak
orang. Suara kecil yang keluar dari mulutmu berbisik pelan ditelingaku. Suara
itu masih jelas ku ingat sampai sekarang “jangan sakit ya, hari ini masih ada
kebahagiaan yang harus kita raih bersama”. Waktu itu, aku yang sedang sakit
dalam pelukmu harus memelukmu lebih erat untuk menyakinkanmu. Aku pun membalas
dengan suara lemasku,”tenang saja, dalam keadaanku yang seperti ini. aku masih
mampu berjalan menuju kebahagiaan yang kau inginkan”. Tangan kecil yang lembut
itu, tiba-tiba menyentuh kepalaku dan mengusap setiap helai rambutku dengan
lembut. Tiada lagi seuntai kata yang keluar dari mulutmu. Namun, caramu
menyentuhku yang begitu lembut, membuatku semakin yakin bahwa dirimu sangat
menyayangiku. Entah mengapa, tiba-tiba mulutku berbicara “yakinkah, kebahagiaan
yang kau inginkan itu mampu kau raih denganku”. Tiada seucap kata yang keluar
dari mulutmu. Tapi, senyum kecil dan sepasang mata yang terus memandangku itu,
memaksaku untuk yakin dengan tulus. Lalu, aku dan dirimu berdiri bersama dan bergegas
untuk kembali pulang. Saat di jalan, hanya pelukanmulah yang menemani ramainya
jalanan. Angin malam yang mulai menusuk-nusuk tulang, tak lagi kurasakan saat
kau peluk aku dengan erat.
Sesampainya
dirumah, dirimu turun lalu bersalaman denganku dan mengecup tanganku. Rasa
sayang yang ku rasakan, berubah menjadi keharuan. Dirimu sangatlah mengormati
dan menghargai diriku. Tidak hanya itu saja, sebelum aku pulang kau terus
memandangku dan berkata “hati-hati ya, besok kita bahagia bersama lagi kan”. Aku
tak bisa berkata lagi, aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan, dan mulai
berjalan meninggalkanku. Aku bergegas pulang dengan kebahagaian yang ku
dapatkan hari ini bersamanya.
Aku sangat
menyayangkan, kisah indah ini harus terhapus dari daftar hidup kita. Aku tak
bisa lagi merasakan kasih sayangmu, yang dulu sering kau berikan padaku. Alasan
yang tak begitu jelas masih menyelimuti benakku. Mengapa dirimu begitu cepat
berubah menjadi orang lain. Apakah diriku yang mulai tak menyamankanmu,
atauhkah dirimu yang mulai mencari kenyamanan lain. Hubungan yang dulu sering
terhiasi dengan kebahagiaan, kini harus tercemari dengan ketidak pastian.
Berpisah, mungkin itu jalan yang terbaik untukmu, tapi bukan untukku. Rasa yang
kumiliki untukmu tetaplah sama, dan mungkin tak akan pernah berubah selamanya.
Dirimu memang tidak pernah hilang dalam kehidupanku, namun ada hal lain yang hilang
darimu. Yaitu, rasa cinta yang dulu selalu menari-nari dalam hatiku.
Kini semuanya,
telah menjadi lembaran yang usang. Tak ada lagi kenangan yang harus dikenang.
Semua rasa yang indah, kini telah berubah menjadi kebencian diantara kita.
Namun, aku tetap yakin jika dirimu akan hidup abadi dalam ruangan hatiku yang
paling dalam. Mungkin kisah indah ini telah berakhir, dengan rasa yang mulai
memudar bersama hilangnya cinta darimu.