Dari awal aku sangat berharap padamu, bahkan harapanku itu sangatlah
besar terhadapmu. Aku tak mengerti mengapa aku terlalu mengharapkanmu, ataukah
mungkin ini hanya cinta sesaat yang kurasakan denganmu. Sesuatu yang beda bisa
ku lihat dari wajah manismu itu dan bisa terlihat jelas meskipun aku harus
menutup kedua mataku.Tiada harapan yang jelas di benakku saat ini, yang ada
hanyalah sebuah daun kering yang mulai membusuk termakan usia. Kebingungan yang
selalu menghantuiku membuat kepercayaanku soal cinta yang indah musnah sudah
seperti bunga yang mulai berguguran. Dulu semua tentangmu adalah hal yang
terindah buatku dan semua hal yang kau lakukan adalah film favoritku yang
selalu ku tunggu adanya. Aku sama sekali tidak takut untuk mengungkapkan perasaanku
padamu karna bagiku ketakutan itu adalah kesalahan terbesar yang pastinya kata
menyesal tak lagi berarti. Rasa sayangku yang selama ini ku pendam akhirnya
lepas sudah untukmu, karna dari keberanian kecilku aku berhasil mengungkapkanya
sesuatu yang besar untukmu. Antara mimpi dan kenyataan aku masih terlalu polos
untuk menerima semua keadaan ini, berharap mimpi itu jadi kenyataan kini telah
terbang tinggi untuk meninggalkan jawaban yang menggantung hatiku. Aku hanya bisa
tersenyum kecil menerima kenyataan ini, bahkan tanganku pun tak bisa bergerak
untuk sekedar mengelus dadaku. Apakah ini bisa di katakan sebagai kekecewaan
ataukah keberhasilan yang mustahil…? Bagiku tidak keduanya, semua ini ku anggap
sebuah rekayasa yang indah dan tak ternilai harganya buatku. Namun ingatlah
jika rekayasa itu terbongkar bukan aku yang menyesal melainkan dirimu dan
hatimu akan tersiksa selamanya. Siapa yang tahu hati seseorang, kecuali dia
sendiri dan Allah SWT. Aku tak mau memikirkan semua ini terlalu dalam sedangkan
kau disana tak tau apa” tentang semua ini, dan biarlah rekayasamu ini berjalan
seperti orang tua yang buta dengan sebuah tongkat di tanganya, mungkin dia tak
akan tersesat namun apakah dia mengerti kemana arah tujuannya pergi dan apa
yang telah dia lalui selama perjalanannya. Benar jika keindahanmu tak bisa
kumiliki dan tak bisa ku pegang selamanya, namun setidaknya keindahanmu masih
bisa kulihat dengan mata ini yang penuh harapan. Aku akan terus berharap padamu
sampai hati ini lelah untuk berharap, dan aku akan terus menunggumu meski
penantianku tak harus memilikimu.